Kabupaten Purwakarta, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kota Kabupaten Purwakarta terletak di Purwakarta dan berjarak ±80 km sebelah timur Jakarta. Masa pendirian Republik Indonesia, Purwakarta dikenal sebagai tempat kelahiran beberapa negarawan dan pemimpin besar asal Jawa Barat. Di antaranya adalah Pahlawan Nasional Kusumah Atmaja (Ketua pertama Mahkamah Agung Republik Indonesia) dan Ipik Gandamana (Bupati pertama Kabupaten Bogor, Gubernur Jawa Barat, dan Menteri Dalam Negeri).
Logo Kabupaten Purwakarta Moto : Wibawa Karta Raharja |
Lokasi Geografis
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Karawang di bagian Utara dan sebagian wilayah Barat, Kabupaten Subang di bagian Timur dan sebagian wilayah bagian Utara, Kabupaten Bandung Barat di bagian Selatan, dan Kabupaten Cianjur di bagian Barat Daya. Kabupaten Purwakarta berada pada titik-temu tiga koridor utama lalu-lintas yang sangat strategis, yaitu Purwakarta-Jakarta, Purwakarta-Bandung dan Purwakarta-Cirebon. Luas wilayah Kabupaten Purwakarta adalah 971,72 km² atau sekira 2,81% dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat berpenduduk 845.509 jiwa (Proyeksi jumlah penduduk tahun 2009) dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,28% per-tahun. Jumlah penduduk laki-laki adalah 420.380 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah 425.129 jiwa. Kabupaten Purwakarta memiliki motto Wibawa Karta Raharja. "Wibawa" berarti berwibawa atau penuh kehormatan, "Karta" berarti ramai atau hidup, dan "Raharja' berarti keadaan sejahtera atau makmur. Sehingga “Wibawa Karta Raharja” dapat diartikan sebagai daerah yang terhormat/berwibawa, ramai/hidup, serta makmur atau sejahtera.
Etimologi
Purwakarta berasal dari suku kata "purwa" yang artinya permulaan dan "karta" yang berarti ramai atau hidup. Pemberian nama Purwakarta dilakukan setelah kepindahan ibukota Kabupaten Purwakarta dari Wanayasa ke Sindang Kasih.
Peristiwa kepindahan ibukota kabupaten ini setiap tahunnya diperingati pada tanggal 20 Juli dengan melakukan napak tilas dari Wanayasa ke Sindang Kasih.
Arti Lambang
Segi berwarna hitam berpelat merah, dimaksudkan bendungan serba-guna Jatiluhur, yang merupakan kebanggaan dan kemakmuran masyarakat Purwakarta.
Lengkung berwarna hijau gelombang putih dan biru, dimaksudkan Situ Buleud.
Rumah berwarna merah dan kuning, menggambarkan Gedung Karesidenan yang bersejarah, keagungan daerah Purwakarta. Atapnya berbentuk gunung Tangkuban Perahu, dihubungkan dengan legenda rakyat, mengenai bendungan sungai, cerita Sangkuriang.
Padi dan kapas, merupakan lambang kemakmuran yang tidak bisa terpisahkan sesuai pula dengan penghidupan masyarakat Purwakarta yang sebagian besar hidup dari pertanian.
Keterangan :
- Lambang berbentuk segi lima, sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila yang merupakan tameng Bangsa Indonesia.
- Pelat merah bertuliskan “Wibawa Karta Raharja”, merupakan semboyan yang berarti daerah yang penuh dengan nuansa keagamaan yang selamanya aman dan makmur.
Keterangan Warna :
- Hijau Muda, harapan bagi masa depan daerah Purwakarta untuk terus membangun suatu daerah yang adil, makmur dan sejahtera.
- Hitam, ketuhanan dan ketekunan hati.
- Kuning, keagungan/kebesaran daerah.
- Merah, tekad perjuangan bangsa yang pantang mundur, rela bermandi darah daripada menyerah. Putih, kesucian/keikhlasan hati rakyat dalam menanggulangi segala cobaan dan penderitaan.
- Biru, kesetiaan rakyat terhadap nusa, bangsa dan agama.
- Hijau Tua, keagamaan masyarakat Purwakarta merupakan masyarakat yang teguh agama, mereka membenci orang-orang yang munafik dan orang-orang yang melalaikan kewajiban untuk berbakti kepada Tuhan. Mereka semua yakin bahwa dari segala kebesaran dan kemajuan daerahnya ialah petunjuk serta lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Sebelum penjajahan Belanda
Keberadaan Purwakarta tidak terlepas dari sejarah perjuangan melawan pasukan VOC. Sekitar awal abad ke-17 Sultan Mataram mengirimkan pasukan tentara yang dipimpin oleh Bupati Surabaya ke Jawa Barat. Salah satu tujuannya adalah untuk menundukkan Sultan Banten. Tetapi dalam perjalanannya bentrok dengan pasukan VOC sehingga terpaksa mengundurkan diri. Setelah itu dikirimkan kembali ekspedisi kedua dari Pasukan Mataram di bawah pimpinan Dipati Ukur serta mengalami nasib yang sama pula. Untuk menghambat perluasan wilayah kekuasaan kompeni (VOC), Sultan Mataram mengutus Penembahan Galuh (Ciamis) bernama R.A.A. Wirasuta yang bergelar Adipati Panatayuda atau Adipati Kertabumi III untuk menduduki Rangkas Sumedang (Sebelah Timur Citarum). Selain itu juga mendirikan benteng pertahanan di Tanjungpura, Adiarsa, Parakansapi dan Kuta Tandingan. Setelah mendirikan benteng tersebut Adipati Kertabumi III kemudian kembali ke Galuh dan wafat. Nama Rangkas Sumedang itu sendiri berubah menjadi Karawang karena kondisi daerahnya berawa-rawa (Sunda : "Karawaan").
Sultan Agung Mataram kemudian mengangkat putera Adipati Kertabumi III, yakni Adipati Kertabumi IV menjadi Dalem (bupati) di Karawang pada tahun 1656. Adipati Kertabumi IV ini juga dikenal sebagai Raden Adipati Singaperbangsa atau Eyang Manggung, dengan ibu kota di Udug-udug. Pada masa pemerintahan R. Anom Wirasuta putera Panembahan Singaperbangsa yang bergelar R.A.A. Panatayuda I antara Tahun 1679 dan 1721 ibu kota Karawang dari Udug-udug pindah ke Karawang, dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah antara Cihoe (Cibarusah) dan Cipunagara. Pemerintahan Kabupaten Karawang berakhir sekitar tahun 1811-1816 sebagai akibat dari peralihan penguasaan Hindia-Belanda dari Pemerintahan Belanda kepada Pemerintahan Inggris.
Masa penjajahan BelandaMasjid Agung Purwakarta pada tahun 1920-1935 (dibangung atas perintah Raden Tumenggaung Aria Sastradipura I, bupati ke-12, menjabat tahun 1854-1863) |
Antara tahun 1819-1826 Pemerintahan Belanda melepaskan diri dari Pemerintahan Inggris yang ditandai dengan upaya pengembalian kewenangan dari para Bupati kepada Gubernur Jendral Van Der Capellen. Dengan demikian Kabupaten Karawang dihidupkan kembali sekitar tahun 1820, meliputi wilayah tanah yang terletak di sebelah Timur sungai Citarum/ Cibeet dan sebelah Barat sungai Cipunagara.Dalam hal ini kecuali Onder Distrik Gandasoli, sekarang KecamatanPlered pada waktu itu termasuk Kabupaten Bandung. Sebagai Bupati I Kabupaten Karawang yang dihidupkan kembali diangkat R.A.A. Surianata dari Bogor dengan gelar Dalem Santri yang kemudian memilih ibukota kabupaten di Wanayasa.
Masa kemerdekaan
Pada masa pemerintahan Bupati R.A. Suriawinata atau Dalem Sholawat, pada tahun 1830 ibu kota dipindahkan dari Wanayasa ke Sindangkasih yang diresmikan berdasarkan besluit (surat keputusan) pemerintah kolonial tanggal 20 Juli 1831 nomor 2.
Pembangunan dimulai antara lain dengan pengurugan rawa-rawa untuk pembuatan Situ Buleud, Pembuatan Gedung Karesidenan, Pendopo, Mesjid Agung, Tangsi Tentara di Ceplak, termasuk membuat Solokan Gede, Sawah Lega dan Situ Kamojing. Pembangunan terus berlanjut sampai pemerintahan bupati berikutnya.
Pendopo Kabupaten Purwakarta Tahun 2009 |
Kabupaten Karawang dengan ibukota Purwakarta berjalan sampai dengan tahun 1949. Pada tanggal 29 Januari 1949 dengan Surat Keputusan Wali Negeri Pasundan Nomor 12, Kabupaten Karawang dipecah dua yakni Karawang Bagian Timur menjadi Kabupaten Purwakarta dengan ibu kota di Subang dan Karawang Bagian Barat menjadi Kabupaten Karawang. Berdasarkan Undang-undang nomor 14 tahun 1950, tentang pembentukan daerah kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat, selanjutnya diatur penetapan Kabupaten Purwakarta, dengan ibu kota Purwakarta, yang meliputi Kewedanaan Subang, Sagalaherang, Pamanukan, Ciasem dan Purwakarta.
Pembagian Administratif
Pada tahun 1968, berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang SK Wali Negeri Pasundan diubah dan ditetapkan Pembentukan Kabupaten Purwakarta dengan Wilayah Kewedanaan Purwakarta di tambah dengan masing-masing dua desa dari Kabupaten Karawang dan Cianjur sehingga pada tahun 1968 Kabuapten Purwakarta hanya memiliki 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Purwakarta, Plered, Wanayasa dan Campaka dengan jumlah desa sebanyak 70 desa. Untuk selanjutnya dilaksanakan penataan wilayah desa, kelurahan, pembentukan kemantren dan peningkatan status kemantren menjadi kecamatan yang mandiri. Maka saat itu Kabupaten Purwakarta memiliki wilayah: 183 desa, 9 kelurahan, 8 kamantren dan 11 kecamatan. Berdasarkan perkembangan Kabupaten Purwakarta, pada tahun 1989 telah dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 821.26-672 tanggal 29 Agustus 1989 tentang lahirnya lembaga baru yang bernama Wilayah Kerja Pembantu Bupati Purwakarta Wilayah Purwakarta yang meliputi Wilayah Kecamatan Purwakarta, Kecamatan Jatiluhur, Kecamatan Campaka, Perwakilan Kecamatan Cibungur yang pusat kedudukan Pembantu Bupati Purwakarta berada di Purwakarta. Sedangkan wilayah kerja Pembantu Bupati Wilayah Plered meliputi wilayah Kecamatan Plered, Kecamatan Darangdan, Kecamatan Tegalwaru, Kecamatan Maniis, Kecamatan Sukatani yang pusat kedudukan Pembantu Bupati Purwakarta berada di Plered. Wilayah kerja Pembantu Bupati Wilayah Wanayasa yang meliputi Kecamatan Wanayasti Kewedanaan Subang, Sagalaherang, Pamanukan, Ciasem dan Purwakarta. Pada tahun 1968, berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang yang telah diresmikan pada tangga 31 Januari 1990 oleh Wakil Gubernur Jawa Barat. Setelah diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, serta dimulainya pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Purwakarta tepatnya pada tanggal 1 Januari 2001. Serta melalui Peraturan Daerah No. 22 tahun 2001, telah terjadi restrukturisasi organisasi pemerintahan di Kabupaten Purwakarta.
Iklim
Kondisi iklim di Kabupaten Purwakarta termasuk pada zona iklim tropis, dengan rata-rata curah hujan 3.093 mm/tahun dan terbagi ke dalam 2 wilayah zona hujan, yaitu: zona dengan suhu berkisar antara 22o-28oC dan zona dengan suhu berkisar 17o-26oC.
Topografi
- Wilayah Pegunungan. Wilayah ini terletak di tenggara dengan ketinggian 1.100 sd 2.036 M DPL, meliputi 29,73% dari total luas wilayah.
- Wilayah Perbukitan dan Danau. Wilayah ini terletak di barat laut dengan ketinggian 500 sd 1.000 M DPL, meliputi 33,8% dari total luas wilayah.
- Wilayah Daratan. Wilayah ini terletak di utara dengan ketinggian 35 sd 499 M DPL, meliputi 36,47% dari total luas wilayah.
Geologi dan Geohidrologi
Kondisi geologi daerah Purwakarta terdiri dari batuan sedimen klastik, berupa batu gamping (kapur), batu lempung, batu pasir dan batuan vulkanik seperti tuf, breksi vulkanik, batuan beku terobosan, batu lempung napalan, konglomerat dan napal. Untuk jenis batuan beku terobosan meliputi andesit, diorite, vetrofir, basal dan gabro. Batuan ini umumnya bertebaran di bagian barat daya wilayah Kabupaten Purwakarta. Jenis Batuan napal atau batu pasir kuarsam merupakan batuan yang tertua di wilayah Kabupaten Purwakarta yang sebarannya terdapat di tepi Bendungan Jatiluhur (Bendungan Ir. H Djuanda).
Sedangkan batu lempung yang usianya lebih muda (miosen) tersebar di sekitar wilayah barat laut dan bagian timur Kabupaten Purwakarta berikut endapan bekas gunung api tua yang berasal dari gunung Burangrang dan Gunung Sunda, yaitu berupa tuf, lava andesit basalitis, breksi vulkanik dan lahar. Pada bagian permukaan batuan itu terdapat endapan hasil erupsi gunung api muda yang meliputi batu pasir, lahar, lapili, breksi lava basal, aglomerat tufan, pasir tufa, lapili dan laca scoria. Berdasarkan kondisi dan jenis batuan di atas, maka di wilayah Kabupaten Purwakarta terdapat kandungan geologi berupa batu kali batu andesit, batu gamping (kapur), tanah lempung, pasir, pasir kuarsa, pasir batu (sirtu), tras, fosfat, barit dan batu gips. Sebagian besar jenis tanah adalah tanah latosol dan sebagian kecil adalah tanah aluvial, andosol, grumosol, litosol, podsolik dan regosol. Berdasarkan potensi yang dipaparkan di atas telah mendorong munculnya kegiatan pertambangan di Kabupaten Purwakarta. Purwakarta berada pada cekungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum dengan kemiringan 0-40% dan DAS Cilamaya. Hal itu sangat berpengaruh pada hidrologi dan sistem drainase daerah Purwakarta. Pada cekungan itu dibangun Bendungan Ir. H. Djuanda di Jatiluhur (7.757 ha.) dan Cirata (1.182 ha.), yang berfungsi sebagai ‘flow control’, irigasi, pembangkit tenaga listrik, juga sebagai sumber air minum DKI Jakarta. Luas kedua bendungan tersebut setara dengan 9,19% luas wilayah Kabupaten Purwakarta. Pembanguan bendungan tersebut dimungkinkan oleh keberadaan sejumlah sungai. Berdasarkan Basis Data Lingkungan Hidup, sungai-sungai di Kabupaten Purwakarta adalah (1) Sungai Cilamaya yang merupakan Induk Sungai (orde 1 di DAS) dengan panjang 62 Km, lebar rata-rata 30 m, dan debit air 366 m3/detik. Sungai Cilamaya ini mempunyai orde 2 di DAS yaitu antara lain: Sungai Ciracas, Sungai Cijambe, Sungai Cisaat, Sungai Cibongas, Sungai Cilandak, dll. (2) Sungai Cikao, yang merupakan Induk Sungai (orde 1 DAS) dengan panjang sungai 45 Km, lebar 40 m. Sungai Cikao terdiri dari beberap[a sungai orde 2 DAS, yaitu antara lain: Sungai Cigintung, Sungai Cigadung, Sungai Cikembang, Sungai Cicadas, Sungai Cigajah, Sungai Cisitu, Sungai Cibingbin, Sungai Cigorogoy, Sungai Ciledug, Sungai Citajur, Sungai Cigalugur, Sungai Cinangka, dll. (3) Sungai Cilangkap, yang merupakan Induk Sungai (orde 1 DAS) dengan panjang 16 Km, lebar 4 m. Sungai ini mempunyai orde 2 di DAS yaitu Sungai Cioray dan Sungai Cijalu. (4) Sungai Ciampel yang merupakan Induk Sungai (orde 1 DAS) dengan panjang 14 Km dan lebar sungai 4 m. Sungai Ciampel ini mempunayi orde 2 di DAS, yaitu Sungai Cikapuk, Sungai Sumurbeunying, Sungai Cilabuh, Sungai Ciwaru dan Sungai Cikantong.
Seperti pada umumnya masyarakat yang berdomisili di bagian tengah Jawa Barat, pola kehidupan masyarakat Kabupaten Purwakarta didominasi oleh kultur budaya Sunda. Sejalan dengan perkembangan zaman yang ditandai oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat Purwakarta banyak dipengaruhi oleh budaya asing.
Namun demikian, budaya masyarakat pada dasarnya tetap bernuansa budaya Sunda dan nilai-nilai agama, terutama agama Islam. Mayoritas penduduk Kabupaten Purwakarta adalah pemeluk Agama Islam (muslim) dan sisanya adalah non-muslim. Dengan kata lain, penduduk Purwakarta adalah masyarakat beragama.
Transportasi
Trayek bus umum yang melintasi Kabupaten Purwakarta antara lain tujuan Jakarta, Bandung, Bogor, Bekasi, Kawang, Cilegon, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Cirebon dan kota-kota di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Di samping itu terdapat pula moda angkutan kereta api yang melayani tujuan Jakarta, Bandung, Semarang, Karawang, dan Bekasi.
Bagi masyarakat yang bermukim di sekeliling Waduk Jatiluhur, moda transportasi yang biasa digunakan adalah kapal berukuran kecil (di bawah 7 GT).
Wilayah Purwakarta dilintasi oleh ruas Jalan tol Jakarta-Cikampek dan ruas Jalan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang). Gerbang Tol yang berada di wilayah Kabupaten Purwakarta adalah di Cikopo (Cikampek), Sadang dan Jatiluhur. Namun di Kabupaten Purwakarta tidak terdapat satupun terminal bus yang memiliki fasilitas yang memadai.
Obyek Wisata
Wisata Alam- Curug Cipurut. Akses menuju air terjun yang indah ini cukup mudah dan hanya sejauh 30 kilometer dari pusat kota Purwakarta. Waktu tempuh menuju tempat wisata ini kurang dari satu jam. Perjalanan yang anda lakukan melalui Wanayasa hingga ke desa Sumurugul. Air terjun ini berketinggian sekitar 25 meter dan bertingkat-tingkat. Jika anda pernah mengunjungi Sendang Gile Lombok, maka suasananya serupa baik panjangnya curahan air dan hawanya yang sejuk.
Curug Cipurut - Situ Wanayasa. Tempat wisata berbentuk danau yang cantik ini berjarak 23 kilometer sebelah tenggara Purwakarta. Danau dengan luas sekitar 7 hektar ini berdampingan Curug Cipurut yang terletak di lereng gunung Burangrang. Apakah hal menarik dan unik yang akan anda temukan disini? Yaitu keberadaan pulau di tengah danau, yang merupakan tempat ziarah karena terdapat makam RA Suriawinata yang dulunya bupati Karawang. Jadi anda bisa membayangkan kondisinya seindah situ Patenggang yang ada di wilayah Ciwidey, yang juga memiliki pulau di tengahnya.
Situ Wanayasa - Giri Tira Kahuripan. Wisata agro terbaru yang menawarkan keindahan alam perbukitan dengan konsep resort yang menawan. Obyek yang bagaikan mutiara dari Wanayasa ini dalam waktu singkat menjadi populer dan terkenal hingga ke luar negeri. Beberapa tamu yang datang ke tempat ini dalam rangka liburan rileks atau bahkan berbulan madu. Selain berbagai wahana permainan di alam yang tersedia, yang paling disukai oleh pengunjung adalah skypool yang terkesan berbatasan dengan langit dalam bidikan foto. Penataannya yang seolah berada di ujung daratan dengan view perbukitan sejuk merupakan panorama yang indah.
Giri Tirta Kahuripan - Gunung Lembu. Gunung Lembu bisa menjadi pilihan wisata anda di Purwakarta yang menarik, karena dari puncak Gunung Lembu ini wisatawan bisa melihat pemandangan waduk jatiluhur dari ketinggian serta Gunung Parang dan Gunung Bongkok yang berdampingan. Gunung Lembu di Purwakarta memiliki ketinggian kurang dari 1.000 mdpl, lokasinya berada di Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta.
Gunung Lembu - Waduk Jatiluhur. Inilah tempat yang paling populer dan paling banyak menyedot perhatian wisatawan. Luasnya 8300 hektar dan akses yang mudah serta kurang dari 2 kilometer dari pintu keluar tol Purbaleunyi ini, atau berjarak sekitar 9 kilometer dari pusat kota. Di Jatiluhur anda juga bisa beristirahat karena tersedia berbagai hotel dan resort yang langsung menghadap danau. Pengunjung yang datang, bisa melakukan olahraga renang, mendayung, memancing atau mencicipi hidangan lezat khas Jawa Barat di resto apung yang tersedia di atasnya. Jika di floating market wilayah Lembang, penjual dan pembeli berkeliling menggunakan perahu, maka untuk yang di Purwakarta ini, rumah makannya yang terapung dan anda dapat mengunjungi dengan perahu.
Waduk Jatiluhur - Desa Sajuta Batu. Merupakan wisata alam di Purwakarta yang cukup unik. Tempat ini terletak di desa Pasanggrahan, kecamatan Tegal waru. Kegiatan yang bisa dilakukan oleh pengunjung diantaranya jelajah desa dengan alam perbukitan dan sawah yang hijau, memancing, panjat tebing di gunung Parang serta olah raga off road dan bumi perkemahan yang menarik. Lokasi ini paling sering digunakan sebagai tujuan liburan pelajar dan anak muda atau fotografer panorama dan pre wedding.
Desa Sajuta Batu - Waduk Cirata. Berbentuk danau dengan luas 62 kilometer persegi ini, dikelilingi oleh bukit yang indah. Tempat yang direkomendasikan untuk wisatawan sebagai lokasi mancing yang seru ini jaraknya 15 kilometer dari kota Purwakarta dan dapat dikunjungi melalui wilayah Plered. Konon PLTA Cirata adalah yang terbesar di Asia Tenggara dan merupakan penampungan air dari sungai Citarum. Anda tertarik mengajak keluarga berekreasi di obyek yang indah ini?
Waduk Cirata - Pemandian Air Panas Ciracas. Lokasinya sekitar 8 kilometer dari Situ Wanayasa. Ada sekitar 12 mata air yang menyembul di tempat wisata ini. Bagi anda yang menderita penyakit kulit, berendam di obyek ini sangat cocok sebagai terapi penyembuhan. Memang penataannya masih sangat sederhana dan cenderung kolamnya kurang terawat, tidak se-modern Toya Bungkah di Kintamani yang dikelola swasta. Tetapi kecantikan alam dengan persawahan dan bukit di sekelilingnya sangat mempesona pengunjung yang datang.
Pemandian Air Panas Ciracas - Badega Gunung Parang adalah objek wisata alam yang menyediakan sarana untuk rock climbing. Terletak 28 km dari kota Purwakarta berada pada ketinggian 983 m DPL.
Badega Gunung Parang - Gua Jepang berlokasi ±28 Km dari kota Purwakarta, memiliki ketinggian sekitar 700 m DPL, dikelilingi perkebunan teh, pohon pinus, cengkeh, manggis dan termasuk dalam kawasan puncak Gunung Burangrang. Gua Jepang merupakan gua buatan yang dibangun oleh Jepang (Romusha) sekira tahun 1943 untuk digunakan sebagai tempat persembunyian.
Gua Jepang - Desa Wisata Bojong terletak di Desa Pasanggrahan Kecamatan Bojong ±35 km dari Kota Purwakarta, berada pada ketinggian ±650 m DPL dikelilingi pepohonan, bukit, hamparan sawah, pemandangan alam Gunung Burangrang dan areal perkebunan rakyat.
Desa Wisata Bojong - Wisata Via Ferrata. Wisata panjat tebing dengan menaiki tangga besi yang dilengkapi alat pengaman khusus bernama lanyard double system, dengan adanya teknik mendaki seperti Via Ferrata ini memungkinkan semua orang dapat memanjat Tebing parang tanpa mempunyai kemampuan khusus, Berada di Tebing Parang, Desa Pasanggrahan, Dusun Cirangkong
Wisata Via Ferrata
Wisata Budaya
- Gedung Negara, dibangun tahun 1854 pada masa kolonial Belanda dengan gaya arsitektur Eropa. Kini Gedung Negara menjadi Kantor Bupati Purwakarta.
Gedung Negara - Gedung Karesidenan, seusia dengan Gedung Negara dibangun pada zaman pemerintahan kolonial Belanda. Kini menjadi Kantor Badan Koordinasi Wilayah IV terletak di Jalan KK. Singawinata.
Gedung Karesidenan - Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta, terletak di samping Gedung Negara dibangun pada tahun 1826 pada masa kolonial Belanda. Mesjid ini mulai dipugar pada tahun 1993 dengan tetap mempertahankan bentuk asli dan nilai sejarahnya, kemudian diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada tahun 1995.
Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta - Sentra Industri Keramik Plered, terletak di Desa Anjun ±13 km dari kota Purwakarta. Industri ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1904 menghasilkan keramik berkualitas diekspor ke manca negara antara lain Jepang, Belanda, Thailand, dan Singapura. Jenis keramik yang dihasilkan antara lain gerabah, terakota dan porselen.
Sentra Industri Keramik Plered - Industri Kain Songket, diproduksi oleh PT. Sinar sejak tahun 1956 untuk di ekspor ke Brunei dan konsumsi dalam negeri.
- Gedung Kembar Nakula - Sadewa
- Makam RA. Suriawinata. Seorang pendiri kota Purwakarta yang meninggal tahun 1827, dia merupakan Bupati Karawang ke-9 di makamkan di tengah Situ Wanayasa.
- Makam Baing Yusuf adalah makam Syech Baing Yusuf yang meninggal pada tahun 1856 terletak di belakang Mesjid Agung Purwakarta. Dia adalah merupakan seorang ulama besar pada zamannya bermukim di Kaum (Paimbaran Mesjid Agung) Purwakarta dan mendirikan pondok pesantren.
- Makam Mama Sempur adalah makam Syekh Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri Makam keramat Sempur adalah Makam Mama Sempur, Dia adalah seorang tokoh agama Islam yang disegani dan terkemuka, sehingga sekarang banyak pengunjung berziarah ke makam tersebut. Letaknya di Sempur-Plered, 14 km dari kota Purwakarta.
Wisata Buatan
- Situ Buleud & Taman Sri Baduga. Taman air mancur terbesar di Asia Tenggara baru saja diresmikan pada Sabtu, 9 Januari 2016. Kini Taman Air Sri Baduga Tahap II telah diresmikan mengikuti peresmian tahap I pada tahun lalu. Salah satu yang berbeda dibanding tahap I, pada tahap II ini dilengkapi dengan air mancur menari setinggi enam meter, serta papan membentuk huruf T di tengah danau yang diperuntukkan untuk tempat pementasan tarian di sela pertunjukkan air mancur, Sementara tepat ditengah danau, terdapat 4 patung harimau dan 1 patung Sri Baduga Maharaja. Untuk melengkapi suasana taman, maka lampu laser siap memberikan efek untuk memperindah Taman Air Mancur Sri Baduga. Pertunjukan air mancur akan digelar rutin setiap hari sabtu atau malam minggu pada pukul 19.30 WIB dan berakhir pukul 22.30 WIB. Untuk menyaksikannya tidak dipungut biaya alias gratis. Sehingga Taman Air Mancur Sri Baduga bisa menjadi alternatif wisata keluarga di Purwakarta. Sedangkan bagi Anda yang hanya ingin sekadar menikmati suasana taman air mancur, maka kawasan Situ Buleud akan dibuka secara umum setiap harinya. Pada hari biasa, air mancur tetap akan menyembur tetapi tanpa ada efek tambahan. Untuk pagi hari dibuka mulai pukul 05.00 WIB hingga 09.00 WIB berbarengan dengan waktu olah raga masyarakat. Adapun pada malam hari kawasan tersebut dibuka sejak pukul 17.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB.
Taman Sri Baduga - Taman Citra Resmi, Taman Maya Datar & Taman Pancawarna. Taman ini terletak di jantung kota Purwakarta, sehingga sangat mudah dijangkau. Taman Citra Resmi berada tepat di Kompleks wisata Sribaduga Maharaja, di wilayah Situ Buleud atau tepatnya di jalan Siliwangi Purwakarta Kota. Sedangkan Taman Maya Datar & Taman Pancawarna berada di areal Pendopo Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Dalam beberapa tahun terakhir kedua tempat itu dibuka untuk umum dan menjadi salah satu tujuan wisata warga dari berbagai daerah, dan Taman Maya Datar berada di sebelah Taman Pancawarna.
Taman Citra Resmi Taman Pancawarna Taman Pancawarna - Museum Digital Bale Panyawangan. Museum Diorama Bale Panyawangan adalah tempat wisata baru di Purwakarta yang sekaligus menjadi museum diorama pertama di Jawa Barat. Di Diorama Bale Panyawangan terdapat berbagai fasilitas yang keseluruhannya berupa digital, bahkan pengunjung bisa berkeliling Purwakarta menggunakan sepeda onthel yang berbentuk simulator, selain itu ada bioskop mini yang khusus memutar film-film dokumenter tentang Purwakarta, Sunda dan lainnya.
Museum Digital Bale Panyawangan
Taman Maya Datar |
Wisata Kuliner
- Sate Maranggi. Yang membedakan dengan sate lainnya adalah bumbu kecapnya yang diolah hingga memiliki cita rasa unik-asam, manis, pedas. Disamping sate maranggi, banyak juga terdapat rumah-rumah makan khas Sunda yang menyajikan ikan bakar, pepes, ayam goreng, ayam bakar (bakakak), lengkap dengan sambal dadakan.
- Soto Sadang. Soto ini dinamakan Soto Sadang, karena memang lokasi awalnya terletak di Sadang, Purwakarta. Tepatnya di persimpangan jalan raya menuju Jakarta dengan rel kereta api. Tapi semenjak dibangunnya jalan layang, rumah makan ini pindah ke arah kota Purwakarta, yaitu di Jalan Veteran.
- Wiskul (Wisata Kuliner). Beraneka jajanan khas Purwakarta tertata rapih di Jl. Siliwangi sepanjang 700m yang hanya diselenggarakan setiap malam minggu mulai 19.00 WIB - 23.00 WIB. Pengunjung juga dihibur dengan aneka hiburan di depan gedung nakula-sadewa unuk memeriahkan acara, hiburan tersebut yaitu tarian jaipongan, perfom band, tembang sunda, dan lain-lain. Disamping itu sepanjang jalan yang dilalui dan digunakan untuk wiskul dilarang ada kendaraan yang melintasinya (car free) sehingga pengunjung dapat lebih leluasa dan nyaman untuk berjalan-jalan dan menikmati kuliner yang ada di tempat tersebut. Jika anda ingin berkunjung ke wiskul menggunakan motor, anda bisa berparkir ditempat khusus yang telah disediakan yaitu di lapangan sahate. Wiskul ini dibuka juga berbarengan dengan pemutaran Air Mancur Sri Baduga yang berada di Situ Buleud.
- Sambel Hejo Sambel Dadak. Rumah makan sambel hejo sambel dadak menyediakan masakan khas sunda dengan menu andalannya ayam goreng basah yang dikemas dengan konsep Alacarte dan siap saji, di mana pilihan hidangan sudah tersedia di display dan tinggal dipilih sesuai selera. Beberapa menu juga ada seperti sate maranggi, gurame goreng, gurame cobek, gurame bakar, tumis toge, tumis kangkung, sop iga & buntut.
Sambel Hejo Sambel Dadak Ciganea (Pusat)
Exit Tol Jatiluhur KM 84 Jl. Pemuda No. 32 Ciganea - Purwakarta, Jawa Barat Telp. 0264 822 09 25
Oleh-Oleh
- Simping. Makanan ini bentuknya berupa lembaran pipih, bundar tipis, biasanya berwarna putih, dan rasanya gurih. Terbuat dari tepung beras yang diberi beberapa bumbu.
- Peuyeum bendul
- Gula aren Cikeris
- Manisan pala
- Teh hijau
- Colenak
- Opak
- Browyeum (Brownies Peuyeum). Oleh-oleh ini adalah hasil inovasi dari peuyeum bendul yang di padukan dengan brownies, sehingga menghasilkan citarasa yang khas,dan dapat diperoleh di Perum Bukit Panorama Indah, belakang Polres.
Wah Purwakarta sekarang makin maju ya. Artikelnya bermanfaat nih :)
BalasHapusHehe iya nih makin maju. terimakasih ya udah mampir ke blog aku :)
HapusTernyata ada gua jepang di pwk yah..
BalasHapuspostingan nya sangat membantu untuk lebih mengetahui tentang kota sendiri/purwakarta. Makasih rika
Hehe iya ada risma , iya sama2 risma :)
BalasHapusLengkap banget rika materinya :-) apalagi tempat pariwisatanya bisa jadi rekomendasi liburan di kota sendiri gak harus jauh2 ke luar kota :-) bermanfaat banget terutama buat orang2 Purwakarta, Makasih rika :-)
BalasHapusIya lina, boleh tuh mengisi waktu liburannya ke salah satu tempat yang menarik di Purwakarta. Ok sama-sama :)
HapusJadi pengen ke PWK deh obyek wisatanya keren2 bgt ya
BalasHapuskeren keren
BalasHapus